Rabu, 15 Oktober 2014

MATERI PENDIDIKAN ISLAM

MATERI PENDIDIKAN ISLAM

Makalah

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi I

Dosen Pengampu: Muhammad Mufid, M.Pd.I


Disusun Oleh:

1.      Atik Oktavianing Utami                  ( 2021213001   )
2.      A. Bahrul Ulum                               ( 2021213006   )
3.      Novi Astriani                                   ( 20212130012 )
4.      Retno Palupi                                    ( 20212130067 )


KELAS L Reguler Sore
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan Akidah
Pendidikan Aqidah ialah proses pembinaan dan pemantapan  kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi yang kuat dan benar. Proses tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pengajaran, bimbingan dan latihan. Dalam penerapannya pendidik dapat menerapkan dengan berbagai metode yang relavan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehubungan dengan itu terdapat dalam hadist berikut :

عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدٌ بَيَاضُ الثِّيَابِ شَدِيْدُ ثَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُهُ مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلىَى النَّبِبِّي صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ اِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ  عَلَى فَخْذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدٌ  أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتىَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلاُ. قَالَ صَدَّقْتَ قَالَ فَعَجَبْنَا لَهٌ يَسْأَلُهُ وَيَصَدِّذقُهُ قَالَ فَاَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكٌتٌبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الأَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِخَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَّقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَاللّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّ لَمْ تَكُنْ تَرَاهٌ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Umar ibn al-Khatthâb meriwayatkan: pada suatu hari ketika kami berada di dekat Rasulullah saw., tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya tanda-tanda dalam perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Sampai ia duduk di dekat Nabi SAW. lalu ia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Nabi, lantas berkata, "Hai Muhammad! Beritahukan kepada saya tentang Islam! Rasulullah saw. bersabda: Islam itu adalah  pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah  utusan Allah, mendirikan salat, membayarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan haji bagi orang yang sanggup. Lelaki itu berkata: Engkau benar. Umar berkata, 'kami tercengang melihatnya, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya'. Selanjutnya laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang iman!  Rasulullah saw. menjawab: Iman itu adalah  keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan qadar baik dan buruk. Laki-laki itu berkata: Engkau benar. Selanjutnya, ia berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang ihsan! Rasulullah saw. menjawab: ihsan itu adalah  Engkau menyembah Allah seakan-akan Engkau melihatnya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka rasakanlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim. Abu Dawud, dan An-Nasa’i)[1]

     Dari hadis dapat di ambil beberapa pelajaran penting mengenai pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.      Dalam hadits di atas dinyatakan bahwa Jibril datang mengajarkan agama kepada sahabat Nabi. Dalam proses ini, Jibril berfungsi sebagai guru, Nabi sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.
2.      Dalam proses pembelajaran, Jibril sebagai guru menggunakan metode Tanya-jawab. Metode ini efektif untuk menarik minat dan memusatkan perhatian para peserta didik.
3.      Materi pengajaran agama islam dalam hadis tersebut meliputi aspek-aspek pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dari ketiganya, aspek yang di dahulukan adalah akidah. Ajaran Islam diajarkan secara integral, tidak secara parsial.


B.      Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus.
Dalam hadits,
عَنْ عُمَرُ بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ  سَبْعَ سِنِيْنَ وَاضْرِبُهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُعَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِيْ المَضَاجِعِ
( روه ابو داود )
Dari Umar bin syu’aib berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk sholat ketika  berumur 7 tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berumur 10 tahun bila mereka enggan menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari ranjang-ranjangnya”. (Abu Daud)

Kandungan Pendidikan hadits tersebut adalah:
1.      Dari hadist diatas sudah jelas yaitu perintah untuk memerintahkan salat atau pendidikan ibadah diberikan sejak dini sehingga ketika usia baligh maka mereka dapat mengamalkannya.[2]
2.      Para guru dan orang tua hendaknya menjelaskan kepada anak-anak dengan penjelasan yang sangat sederhana tentang pentingnya berbagai bentuk ibadah, lengkap dengan rukun-rukunnya, seperti shalat, zakat, dan haji. Selain itu, emosional anak harus di siapkan saat membicarakan berbagai bentuk ibadah sehingga mereka merindukan ikatan dengan Allah Swt dan beribadah kepadaNya dengan cara yang benar.



C.    Pendidikan Hati
Pendidikan hati merupakan bagian dari pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa manusia agar senantiasa dekat dengan Allah Swt, cenderung kepada kebaikan, dan menghindar dari kejahatan. Sehubungan dengan ini terdapat hadis, antara lain :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلىَ صُوَرِكُمْ وَاَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : sesunggunya Allah tidak memandang bentuk dan hartamu, tetapi dia melihat perkerjaanmu (amalmu) dan hatimu.”

Dalam hadis ini, rasullullah menegaskan bahwa Allah lebih menghargai hati yang bersih dan amal sholeh daripada bentuk tubuk yang cantik, gagah dan harta yang banyak.
Keadaan hati seseorang sangat menentukan semua kondisinya yang meliputi perkataan, sikap, dan perbuatan.
Rasulullah memberikan motivasi yang sangat besar kepada umatnya untuk berusaha membersihkan hati dari segala sifat yang buruk sekaligus menghiasinya dengan sifat yang baik.
Cara membersihkan hati yaitu dengan banyak mengingat mati dan banyak membaca Al-quran.

D.    Penidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dan pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani.
Diantara tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan badan termasuk organ-organ pernapasan, peredaran darah, danj pencernaan, meliputi otot-otot dan urat saraf, serta melatih kecekatan dan ketangkasan. Sehubungan ini, ditemukan beberapa hadis sebagai berikut:
1.      Memanah

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُوْلُ وَأَعِدُّوالَهُمْ مَااسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيييُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيييُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيييُ


Uqbah bin Amir berkata, “ saya mendengar Rasulullah Saw bersabda ketika beliau sedang berada atas mimbar, “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah.
(HR. Muslim)
2.      Berkuda
Sehubungan dengan olahraga berkuda, ditemukan riwayat dari Rasulullah Saw. Diantaranya hadits berikut:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ ارْمُوْا وَارْكَبُوْا وَاَنْ تَرْمُوْا أَحَبُّ اِلَيَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوْا وَإِنْ كُلَّ شَيْئٍ يَلْهُوْ بِهِ الرَّجُلُ بَاطِلٌ إِلاّ رَمْيَةَ الرَّجُلِ بِقَوْسِهِ وَتَأْدِيَبَهُ فَرَسَهُ وَمُلَا عِبَتَهُ امْرَأَتَهُ.

Dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Memanahlah dan kendarailah olehmu (kuda). Namun, memanah lebih aku sukai daripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi seseorang adalah batil, kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidik atau melatih kudanya, dan bersenang-senang dengan istrinya.” (HR. Ibnu Majah)
                       
                        Dapat dipahami dari hadis diatas bahwa berkuda dan memanah termasuk olahraga yang disukai oleh Rasulullah. Dalam konteks kehidupan sekarang, anjuran mengendarai kuda dapat pula diterjemahkan sebagai anjuran menguasai penggunaan teknologi transportasi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh umat Islam.

3.      Menjaga Pola Makan
           Pola makan seseorang akan berpengaruh kepada kesehatan         jasmaninya, selain bahan makanan yang memenuhi persyaratan, polanya harus baik, yaitu tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan firman Allah di Surah Al-A’raf: 31 yang berbunyi:

يَبَنِي اَدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَ تُسْرِفُوْا، اِنَّ للّهَ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(QS. Al-A’raf: 31)
Ayat diatas, didukung dengan hadits yang berbunyi:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءُ
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Orang beriman itu makan dengan satu usus(perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.” (HR. Al-Bukhari)
Perbedaan usus dalam matan hadis tersebut menunjukkan perbedaan atau sikap atau pandangan dalam menghadapi nikmat Allah, termasuk tatkala makan. Orang beriman memandang makan bukan sebagai tujuan hidup, sedangkan orang kafir menempatkan makan sebagai bagian dari tujuan hidupnya.

4.      Menjaga Kebersihan

Kebersihan sangat berpengaruh kepada kesehatan dan keadaan jasmani seseorang. Oleh sebab itu, Rasulullah sangat memperhatikan masalah ini. Wujud perhatian beliau dapat dilihat dalam hadis berikut.

عَنْ اَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ، قَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطّهُوْرُ شَطرُ الْإِيْمَنِ
Abu Malik Al-Asy’ari bercerita bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

            Rasulullah menyenagi keteraturan, kebersihan dan pemandangan yang indah. Beliau membenci ketidakteraturan, kekotoran, pemandangan yang buruk, dan bau busuk.
            Bukti perhatian rasulullah terhadap kebersihan dapat dilihat dalam hadis. Beliau telah memberikan keteladanan dalam hal menjaga kebersihan, seperti menggosok gigi, mandi, dan beristinja’ sehabis buang hajat.
    
E.  Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial adalah proses pembinaan kesadaran sosial, sikap sosial, dan keterampilan sosial agar anak dapat hidup dengan baik serta wajar di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya. Sehubungan dengan ini, terdapat hadis –hadis sebagai berikut:
1.       Orang Beriman Harus Bersatu

عَنْ اَبِى مُوْسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Dari Abu Musa, Nabi Saw bersabda, “ Sesungguhnya seorang mukmin bagi mukmin yang lain laksana satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Beliau pun memasukkan jari-jari tangannya satu sama lain. (HR. Al-Bukhori)
Dalam hadis ini, Rasulullah memberikan motivasi dalam hal persatuan antara sesama orang beriman dengan metode perumpamaan yang sangat sederhana dan mudah dipahami oleh siapa saja.

2.      Orang beriman Harus Saling Mencintai

عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Anas, Nabi Saw Bersabda, “Tidak beriman salah seorang kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)
Dala hadis ini, Rasulullah menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang belum diperoleh apabila ia tidak mencintai saudaranya. Itu berarti bahwa beliau memberikan motivasi yang sangat besar kepada umatnya agar memiliki rasa dan perilaku sosial yang baik.

3.      Orang beriman Harus Saling Membantu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَاللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَاللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ Siapa yang melapangkan seorang mukmin dari satu kesulitan dunia, Allah akan melapangkannya dari satu kesulitan hari kiamat. Siapa yang memudahkan dari kesulitan, Allah akan memudahkan dari kesulitan dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang mukmin, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanyaselama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mampu hidup sendiri. Dalam berbagai hal, manusia membutuhkan bantuan orang lain. Oleh sebeb itu, manusia harus hidup secara sosial. Ia tidak boleh mementingkan diri sendiri. Untuk itu, Rasulullah mendidik umatnya agar menjadi makhluk sosial dengan metode ganjaran atau motivasi  yang besar.

F.     Makna Mufrodat:

أَخْبِرْنِي               = beritahu aku
رُكْبَتَيْهِ                         = kedua lututnya
وَضَعَ كَفَّيْهِ           = meletakkan kedua tangannya
مُرُوْا                  = perintahkanlah
وَفَرِّقُوا                = dan pisahkanlah
أَعِدُّوالَهُم             = menghadapi mereka
اُرْمُوْا وَارْكَبُوْا      = memanahlah dan kendarailah
وَلاَ تُسْرِفُوْا          = dan janganlah berlebih-lebihan
أَمْعَاءُ                 = usus
نَفَّسَ                  = melapangkan
كُرْبَةً                 = kesulitan
يَسَّر                  = memudahkan
سَتَرَ                  = menutup aib




















DAFTAR PUSTAKA


Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah




[1] Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar