TUJUAN PENDIDIKAN (FUNGSI AL-QUR’AN)
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Mohammad Hasan Bisyri, M.Ag.

Disusun
Oleh:
JURUSAN TARBIYAH PAI ( KELAS L)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seperti
yang kita ketahui, bahwa Alqu’an adalah Firman Allah (kalamullah) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
melalui malaikat Jibril secara
berangsur-angsur yang merupakan mukjizat,dan berfungsi sebagi petunjuk bagi
manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai pembeda antara yang
haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia dari kesesatan menuju jalan yang
lurus. Atas dasar tersebut , kami akan mencoba menjelaskan Tafsir surat Ali
Imran ayat 137-139 yang menjelaskan salah satu fungsi Al-Qur’an dari beberapa
fungsi lainnya. Yaitu yang mana Al-Qur’an sebagai petunjuk untuk membimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang yang beriman dan bertaqwa.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut perlu rumusan masalah sebagai
pijakan untuk terfokusnya kajian makalah. Adapun rumusan masalah sbb:
1. Bagaimana bunyi Qur’an Surat
Ali Imran ayat 137-139?
2. Bagaimana terjemahan Qur’an
Surat Ali Imran ayat 137-139?
3. Apa sebab nuzul Qur’an Surat
Ali Imran ayat 137-139?
4. Apa makna muradah dalam
surat Ali Imran ayat 137-139?
5. Bagaimana tafsir Qur’an
surat Ali Imran ayat 137-139?
6. Kandungan hukum apa yang
terdapat dalam Qur’an Surat Ali Imran ayat 137-139?
i
C.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi liberatur
atau metode kajin pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau
dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Adapun
langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang
akan dibahas dengan melakukan rumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber dan pengorganisasian jawaban permasalahan.
D.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam 3
bagian meliputi:
Bab I, Bagian pendahuluan yang
terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, metode pemecahan
masalah, dan sistematika penulisan makalah;
Bab II,
Pembahasan;
Bab III, Bagian penutup yang terdiri
dari simpulan.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PENDIDIKAN (FUNGSI Al-QUR’AN)
A.
Surat
Ali Imran Ayat 137-139
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيْرُوْا فِى الْأَرْضِ
فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ ( )
هَذّا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًا وَ مَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ
( ) وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُرْا
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ
إِنْكُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ (
)
B.
Terjemahan surat Ali Imran ayat 137-139
“Sesungguhnya
telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu berjalanlah
kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
(Al Quran) ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.”
C.
Sebab Nuzul
Pembicaraan
pada ayat-ayat terdahulu menceritakan Perang Uhud dan berbagai pristiwa
penting. Kemudian Allah mengingatkan kaum mukminin tentang Perang Badar dan
apa-apa yang telah dipastikan untuk mereka, sekalipun jumlah personil pasukan
dan peralatanya sangat minim.[1]
1
Bagian ini
dimulai dengan menunjukkan kepada kaum mukminin dalam Perang Uhud yang mana
dalam ayat-ayat yang telah lalu Tuhan menerangkan, kalau sekiranya mereka
berpegang teguh pada sabar, takwa dan tawakal, malaikatpun akan datang
membantu. Tetapi antara mereka ada yang mengharapkan semata-mata rampasan
perang, lalu meninggalkan ketaatan kepada Rasulullah, sehingga Rosul sendiri
nyaris mati dibunuh dan telah luka.[2]
Ibnu Abbas RA berkata, “ Pada perang Uhud, para sahabat Rasulullah
SAW kocar kacir. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Khalid bin Walid datang
dengan sebuah pasukan berkuda dari kaum musyrik. Dia ingin menguasai gunung
hingga posisinya berada di atas para sahabat Rasulullah SAW. Maka Allah SWT
menurunkan ayat 139, surat Ali Imran. Ketika itu juga, sejumlah pemanah kaum
muslimin segera berlari menaiki gunung dan menghujani pasukan berkuda kaum
musyrik dengan anak panah. Hingga akhirnya mereka kalah.[3]
Orang-orang
muslim sejati sudah seharusnya lebih utama mengetahui sunnatullah tersebut, dan
lebih pantas berjalan sesuai dengan petunjuk sunah itu. Oleh karena itu sahabat
Nabi saw. menyadari kekeliruan mereka sewaktu perang Uhud. Lalu segera mereka
membela diri dari Nabi saw. sampai kaum musyrikin bubar tanpa memperoleh hasil.[4]
2
Setelah
selesai peperangan Uhud yang telah menewaskan tujuh puluh Mujtahid fi
Sabilillah, antaranya Hamzah bin Abdul Mutholib, paman Nabi s.a.w. sendiri dan
Nabi s.a.w. pun mendapat luka , kelihatan kelesuan, lemah semangat dan dukacita; maka datanglah ayat ini :
angkat mukamu, jangan lemah dan jangan dukacita.
Sebab suatu hal masih ada padamu, modal tunggal yang tak pernah
dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu iman. Jikalau kamu masih mempunyai iman
dalam dadamu, kamulah yang tinggi dan akan tetap tinggi. Sebab iman itu adalah
pandumu menempuh zaman depan yang masih akan mau dihadapi.[5]
D.
Makna Mufrodat
1. خَلَتْ : telah
berlalu
2.
أَلسُّنَنُ : bentuk tunggalnya sunatun
,yaitu cara yang
Dipakai dan perjalanan yang diikuti.
3. عقِبَةُ : akhir perkara.
4. هُذَا
: ini “Al-Qur’an”
5. بَيَانٌ : penjelasan
tentang akibat jelek yang
mereka lakukan berupa
kebohongan.[6]
6. هَدًى :
penambah terang mata hati.
7. أَلْمَوْعِظَةُ :
suatu hal yang bisa melunakkan hati dan
Kepada
ketaatan yang ada padanya.
3
8. أَلْوَهْنُ(وَلَاتَهِنُوْا) : Janganlah
kalian bersikap lemah (lemah dalam
Beramal, Berfikir dan dalam menjalankan perkara
9. أَلْحَزْنُ (وَلَاتَحْزَنُوْا) : janganlah (pula)
kamu bersedih hati (perasaan
yang menimpa Jiwa bila kehilangan sesuatu yang
dicintainya)
10.
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ : Sedangkan kamu
adalah orang-orang yang paling
tinggi
drajatnya.
E.
Tafsir
“
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah.”
Dalam
ayat ini dan sesudahnya Allah mengingatkan mereka tentang sunnah-sunnah Allah
pada makhlukNya. Barang siapa berjalan pada tatanan sunnah tersebut, ia akan
sampai pada kebahagiaan. Dan barang siapa menyimpang darinya, maka ia akan
tersesat, akibatnya adalh sengsara dan kehancuran. Perkara yang hak itu past
harus menang akan kebatilan.[8] Oleh
karena itu, ayat ini memerintahkan untuk mempelajari sunnah, yakni
kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan Ilahi dan masyarakat. Sunnatullah adalah
kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Perlu diingat bahwa
apa yang dinamai hukum-hukum alam pun adalah kebiasaan-kebiasaan yang dialami
manusia.[9]
Terkait
dengan Sunnatullah, maka Allah memberikan petunjuk kepada mereka agar mengambil
pelajaran dari apa yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum mereka. Allah
swt berfirman:
4
“Karena
itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”
Berjalanlah
kalian dimuka bumi ini dan renungkanlah peristiwa-peristiwa yang telah menimpa
umat sebelum kalian. Jadikanlah hal tersebut sebagai pelajaran, agar kalian
mendapatkan ilmu yang benar, yang didasari oleh bukti. Berjalan dimuka bumi
untuk menyelidiki keadaan orang-orang dahulu guna menyimak yang telah menimpa
mereka, merupakan alat pembantu yang paling baik untuk mengetahui sunnah dan
mengambil pelajaran darinya.[10]
“Ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertaqwa.”
Al-Qur’an
adalah penerangan bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa
kemanusiaan yang telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak akan dapat
mengetahuinya kalau tidak ada peneranganyang menunjukannya. Akan tetapi hanya
segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya,
mendapatkan pelajaran padanya, mendapatkan manfaatnya, dan menggapai
petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “Muttaqin” yaitu orang-orang
yang bertaqwa.[11]
Hal ini sesuai dengan Firman Allah surat Al-Baqarah ayat : 2
ذلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيْهِ
هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ.
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.
5
Allah
menurunkan al-Qur’an sebagai penerangan yang memberi keterangan dan
menghilangkan kesangsian serta keraguan
bagi seluruh manusia. Al-Qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk
untuk memberi bimbingan masa kini dan yang akan datang menuju kearah yang
benar.
Al-Qur’an
sebagai peringatan yang halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak
wajar bagi orang yang bertaqwa, yang antara lain mampu mengambil hikmah dan
pelajaran sebagai sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat.[12]
“Dan janganlah
kamu (merasa) lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi
(drajatnya), jika kamu orang beriman.”
Uraianya
diantar oleh dua ayat sebelum ini yang menerangkan tentang adanya sunnah atau
hukum-hukum kemasyarakatan yang berlakau terhadap semua manusia dan masyarakat.
Kalau dalam perang Uhud mereka tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka
dan pembunuhan, dan dalam perang Badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan
dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu adalah
bagian dari Sunnatullah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa.
Karena itu, janganlah kamu lemah, menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan
jasmaninya dan janganlah pula kamu bersedih, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi drajatnya di sisi Allah di dunia dan di Akhirat, di dunia karena
apa yang kamu perjuangkan adalah kebenaran dan di akhirat karena kamu akan
mendapat surga. Jadi mengapa kamu bersedih sedangkan yang gugur diantara kamu
menuju surga dan yang luka mendapat pengampunan Ilahi,ini jika kamu orang-orang
mukmin, yakni jika benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.[13]
6
Oleh karena itu,
kamu tidak perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang menimpamu dan
luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi drajatnya.
Akidahmu lebih tinggi karena kamu hanya bersujud kepada Allah saja,
sedangkan mereka bersujud kepada sesuatu dari makhluq ciptaanNya. Maka, jika
kamu benar-benar beriman, niscaya kamu adalah orang-orang yang paling tinggi drajatnya. Jika kamu
benar-benar beriman , maka janganlah merassa lemah dan bersedih hati. Karena
itu adalah sunnah Allah, yang bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah
kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapatkan akibat yang baik
setelah kamu berijtihad dan berussaha keras setelah menemph ujian.[14]
F.
Kandungan Hukum
Sunatullah(ketentuan yang ditetapkan Allah) tetap berlaku dan tidak
akan berubah. Sunnah tersebut antara lain adalah “yang melanggar perintahNya dan
RosulNya akan binasa, dan yang mengikutinya berbahagia.” Sunnah-sunnah itu
ditetapkan Allah demi kemaslahatan manusia, dan itu semua dapat terlihat dengan
jelas dalam sejarah dan pninggalan umat-umat yang lalu.
Mempelajari
sejarah umat-umat yang dahulu dan melihat bekasnya dengan melawat pengembara
dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Ilmu
kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia di dalam alam ini.
Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui dua tiga ilmu yang amat
penting. Pertama, Sejarah; kedua, ilmu bekas peninggalan kuno; ketiga, ilmu
siasat perang; keempat ilmu siasat mengendalikan negara. Di dalam sejarah
misalnya, banyak kita bertemu dengan hal-hal penting.[15]
7
Meskipun tidak seluruh
sejarah ditulis dalam al-qur’an hanya kebanyakan yang berkenaan dengan
perjuangan Rasul-rasul, misalnya perjuangan Musa menentang ke dzaliman Fir’aun,
atau Ibrohim menghadapi kaumnya Raja
Namrud, namun yang tidak tertulis dalam al-Qur’an dapat kita cari dalam bahan
lain. Misalnya penyerbuan tentara Iskandar Macedonia dari Barat ke Timur.
Mengapa Iskandar dengan tentaranyayang tidak cukup 100.000 orang dapat
mengalahkan tentara Darius, Raja Persia yang jumlahnya hampir setengah juta?
Sebab tentara Iskandar enteng, sigap dan lincah. Sedang tentara Darius ke medan
perang telah berat oleh pakaian dan perhiasan. Darius hanya menggantungkan
kekuatan kepada banyaknya bilangan. Padahal Iskandar mempunyai disiplin yang
teguh dan tentara yang cekatan.
Terbukti
dengan memperhatikan orang memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran bagi
orang yang bertakwa. Di sini kita dapat mengetahui lagi betapa luasnya arti
takwa. Pokok arti ialah memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepadaNya.
Tetapi dalam ayat ini kita bertemu lagi dengan arti lain, yaitu memelihara,
menjaga, awas dan waspada. Maka dengan demikian taat kepada Allah tidaklah
cukup dengan ibadah shalat, berzakat dan puasa saja. Tetapi termasuk lagi dalam
rangka ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga
agama dari intaian musuh. Taat kepada komando pemimpin. Sebab kalau kalah
karena ada kewaspadaan, jangan Allah disalahkan, tetapi salahkanlah diri
sendiri yang lengah.[16]
Hal ini patut
menjadi pelajaran bagi orang yang bertakwa karena musibah yang menimpa kaum
Muslimin dalam Perang Uhud adalah karena mereka tidak memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah untuk mencapai kemenangan.
8
Al-Qur’an
telah memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategis
pertempuran menghadapi musuh sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam
hal ini kita dianjurkan mengetahui hakikat persiapan supaya kita melangkah
dengan kewaspadaan dalam membela hak.[17]
Sesungguhnya
Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut akan
mengakibatkan orang kehilangan semangatnya. Dan Allah memerintah untuk membuat
persiapan, menyediakan segala peralatan, termasuk dengan tekad dan semangat
yang benar, disamping keteguhan hati dan
bertawakal kepada Allah, adalah supaya
bisa meraih kemenangan dan mendapatkan apa yang diinginkan, serta dapat
mengembalikan kerugian atau kekalahan yang mereka dapat.
9
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sunatullah
(ketentuan yang ditetapkan Allah) tetap berlaku dan tidak akan berubah. Allah menyuruh
umat manusia mengadakan perjalanan dimuka bumi, untuk meneliti dan mengamati,
sehingga mereka mengetahui bahwa Allah dalam sunahNya telah mengaitkan antara
sebab dengan musababnya.
Hal ini patut
patut menjadi pelajaran bagi orang yang bertaqwa karena musibah yang menimpa
kaum Muslimin dalam perang Uhud adalah karena mereka tidak memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah untuk mencapai kemenangan.
Dalam hal ini
orang mukmin dilarang bersikap lemah dan kecewa, karena mereka lebih tinggi
drajatnya jika mereka benar-benar beriman.
iii
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim
Amrullah, Haji Abdulmalik. 1983. Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT Pustaka
Panjimas.
Al-Maragi,
Ahmad Mustafa. 2012. Tafsir Al-Maagi, (Edisi Elit ke-2). Semarang: PT.
Karya Toha Putra.
Al-Qurthubi,
Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthubi, (edisi terjemahan oleh Dudi
Rosyadi, Nashirul Haq, dan Fathurrahman), Jakarta: Pustaka Azzam.
Bin Muhammad
Al-Mahahlli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Al-Imam dan As-Suyuthi, Jalaluddin
Abdurrahman bin. Abu Bakar, Al-Imam. 2011. Tafsir Jalalain, Surabaya:
Pustaka Elba.
Shihab,M.
Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati.
Quthb, Sayyid.
1992. Fi Zhilalil Qur’an, Beirut: Darusy-Syuruq.
iv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar